Strategi Pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus: Model dan Pendekatan Pembelajaran dalam Konteks Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar

 

Strategi Pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus: Model dan Pendekatan Pembelajaran dalam Konteks Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar

Natasya Amelia, Nindya Arsita Husmar, Metri, Rahmawati Yasin, Ratna Komala, Sintya Julistya. P, Wirda

Email:sintyajulistya4945@gmail.com

 ABSTRAK

Pendidikan inklusif menekankan pentingnya memberikan layanan pendidikan yang setara bagi semua peserta didik, termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Strategi pembelajaran yang tepat sangat berperan dalam menunjang proses belajar mengajar ABK agar mereka dapat berkembang sesuai dengan potensi masing-masing. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji berbagai model dan pendekatan pembelajaran yang efektif digunakan untuk ABK di sekolah dasar. Melalui studi literatur terhadap beberapa penelitian terdahulu, artikel ini juga berupaya memberikan gambaran strategi pembelajaran yang relevan dan aplikatif dalam konteks pendidikan dasar. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemilihan model dan pendekatan yang sesuai dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran bagi ABK.

Kata kunci: strategi pembelajaran, anak berkebutuhan khusus, model pembelajaran, pendekatan pembelajaran, pendidikan inklusif.

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah hak dasar setiap warga negara, termasuk anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan individu yang memerlukan layanan pendidikan khusus karena kondisi fisik, intelektual, emosional, atau sosial yang berbeda dari anak pada umumnya. Dalam sistem pendidikan nasional, keberadaan ABK sudah diakui secara hukum dan membutuhkan perhatian khusus dalam implementasi proses pembelajaran.

Pendidikan inklusif merupakan upaya untuk memberikan layanan pendidikan yang menyeluruh bagi semua anak tanpa terkecuali, termasuk ABK. Konsep inklusivitas menuntut penyesuaian sistem pendidikan, terutama dalam strategi pembelajaran yang melibatkan metode, pendekatan, dan model yang adaptif terhadap keberagaman karakteristik peserta didik.

ABK memerlukan strategi pembelajaran yang tidak hanya memperhatikan aspek akademik, tetapi juga aspek psikologis dan sosial mereka. Hal ini menuntut guru memiliki kompetensi pedagogik dan empati tinggi untuk menyesuaikan metode pengajaran dengan kebutuhan individu siswa. Dalam konteks sekolah dasar, keberhasilan implementasi strategi pembelajaran untuk ABK sangat dipengaruhi oleh pemilihan model dan pendekatan yang tepat.

Banyak studi menunjukkan bahwa penerapan strategi yang kurang sesuai akan menghambat proses belajar siswa ABK. Sebaliknya, penerapan strategi yang tepat terbukti mampu meningkatkan keterlibatan, pemahaman materi, serta motivasi belajar siswa dengan kebutuhan khusus. Oleh karena itu, guru harus memiliki wawasan yang memadai mengenai berbagai alternatif model dan pendekatan yang bisa diterapkan.

Dalam realitasnya, tidak semua guru di sekolah dasar memiliki latar belakang pendidikan khusus. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam menyusun strategi pembelajaran yang sesuai bagi siswa ABK. Kurangnya pelatihan, bimbingan teknis, serta sumber daya pendukung menjadikan pembelajaran ABK masih menghadapi berbagai kendala.

Dengan semakin berkembangnya paradigma pendidikan yang berpihak pada keberagaman, penting bagi para pendidik untuk memahami dan mengimplementasikan strategi pembelajaran yang responsif terhadap kebutuhan ABK. Strategi ini meliputi penyesuaian materi, metode, media, serta lingkungan belajar yang mendukung keterlibatan penuh siswa.

Artikel ini berupaya mengulas secara mendalam mengenai strategi pembelajaran untuk ABK, khususnya ditinjau dari sisi model dan pendekatan pembelajaran yang aplikatif di sekolah dasar. Kajian ini juga akan membandingkan temuan-temuan sebelumnya dan memberikan alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh guru di lingkungan inklusif.

Dengan memahami model dan pendekatan pembelajaran yang tepat, guru diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif, adaptif, dan inklusif bagi siswa ABK. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pengembangan strategi pembelajaran bagi guru, khususnya mahasiswa PGSD yang sedang menempuh mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.

KAJIAN PUSTAKA

Penelitian sebelumnya oleh Kari et al. (2021) mengemukakan beberapa model pembelajaran untuk ABK, seperti model instruksi langsung dan tutorial teman sebaya. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran yang sistematis dan berbasis interaksi sosial dapat membantu siswa ABK dalam memahami materi secara bertahap. Artikel ini mengambil pendekatan serupa namun dengan fokus lebih spesifik pada konteks sekolah dasar dan variasi pendekatan kurikulum.

 “Strategi Pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus: Model dan Pendekatan Pembelajaran dalam Konteks Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar”. Judul ini menekankan dua hal penting yang menjadi fokus utama dalam pembelajaran inklusif, yaitu strategi pembelajaran dan target peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus (ABK). Dalam konteks pendidikan dasar, strategi pembelajaran mencakup rangkaian perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan siswa. Sementara itu, ABK mengacu pada siswa dengan hambatan fisik, kognitif, emosional, atau sosial yang memerlukan layanan pendidikan khusus. Kajian pustaka ini akan menjelaskan bagaimana model dan pendekatan pembelajaran yang relevan diterapkan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran bagi ABK, terutama di jenjang sekolah dasar.

Subtopik pertama adalah model pembelajaran, yaitu kerangka atau pola sistematik dalam proses pengajaran yang menjadi panduan guru dalam menyampaikan materi. Model pembelajaran tidak hanya mempengaruhi cara penyampaian materi, tetapi juga cara siswa memproses informasi. Beberapa penelitian menunjukkan efektivitas model pembelajaran tertentu terhadap hasil belajar ABK. Misalnya, studi dari Kari et al. (2021) menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keterampilan sosial dan kognitif siswa ABK karena melibatkan interaksi antar peserta didik. Sementara itu, Mauliddiyah dan Permata (2021) menekankan pentingnya model pemodelan (modeling) sebagai media penguatan perilaku dan keterampilan dasar yang harus dimiliki ABK, khususnya yang mengalami hambatan dalam komunikasi.

Subtopik kedua adalah pendekatan pembelajaran, yang merujuk pada sudut pandang atau filosofi dasar dalam mengelola proses belajar mengajar. Pendekatan ini lebih bersifat umum dibanding model, dan menjadi kerangka dalam pemilihan metode, teknik, dan alat bantu pembelajaran. Hasan et al. (2020) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pendekatan berbasis diferensiasi (differentiated instruction) sangat penting dalam menjawab kebutuhan belajar yang beragam dari siswa ABK. Penelitian Putra (2022) juga menguatkan bahwa pendekatan personal yang berbasis pada pemahaman karakteristik individu siswa akan menciptakan proses pembelajaran yang lebih manusiawi dan bermakna, terutama dalam pendidikan anak usia dini, yang juga relevan untuk pendidikan dasar.

Penelitian-penelitian terdahulu memang telah menyinggung tentang strategi pembelajaran untuk ABK, tetapi umumnya masih terfokus pada aspek atau jenjang pendidikan tertentu. Penelitian ini mencoba mengisi celah tersebut dengan menghadirkan sintesis literatur yang lebih komprehensif, yang secara eksplisit menggabungkan model dan pendekatan pembelajaran dalam satu analisis. Fokus pada jenjang sekolah dasar juga memberikan kontribusi khas, mengingat usia anak SD merupakan masa krusial dalam perkembangan belajar dan perilaku.

Dari studi literatur yang telah dikaji, terlihat bahwa banyak pendekatan dan model pembelajaran yang bisa diadopsi dan dimodifikasi sesuai konteks dan kondisi kelas. Namun demikian, pemilihan strategi pembelajaran tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Guru harus memahami kekuatan dan kelemahan masing-masing strategi, mempertimbangkan kondisi kelas, serta memahami latar belakang dan karakteristik individu siswa ABK. Oleh karena itu, jurnal ini hadir sebagai bentuk integrasi dari berbagai hasil penelitian sebelumnya, namun difokuskan pada kebutuhan implementasi praktis di lapangan, khususnya bagi guru-guru sekolah dasar dan mahasiswa calon guru PGSD.

Secara keseluruhan, kajian pustaka ini memperkuat bahwa strategi pembelajaran untuk ABK bukanlah pendekatan tunggal, tetapi memerlukan kombinasi yang sinergis antara model pembelajaran yang sistematik dan pendekatan pembelajaran yang humanistik. Penelitian ini menitikberatkan pada bagaimana kedua komponen tersebut dapat dipadukan secara efektif untuk menciptakan lingkungan belajar yang adil, inklusif, dan memberdayakan semua siswa tanpa terkecuali.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode studi literatur , yaitu metode yang dilakukan dengan menelaah dan menganalisis berbagai sumber tertulis yang relevan dengan topik yang dikaji. Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu mengidentifikasi dan mengkaji strategi pembelajaran yang efektif untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) berdasarkan model dan pendekatan pembelajaran yang telah dikembangkan dan diuji pada penelitian-penelitian sebelumnya. Melalui pendekatan ini, peneliti dapat membandingkan berbagai teori dan praktik pembelajaran yang telah diterapkan dalam konteks pendidikan inklusif di sekolah dasar.

Studi literatur dilakukan dengan menelusuri dan mengumpulkan data sekunder dari jurnal ilmiah, prosiding, buku teks, dan laporan penelitian yang terbit minimal dari tahun 2018 ke atas. Fokus utama dalam pengumpulan data adalah literatur yang berasal dari konteks pendidikan Indonesia agar hasil kajian lebih relevan dengan kondisi di lapangan. Sumber literatur diperoleh dari database daring terpercaya seperti Google Scholar, Garuda (Garba Rujukan Digital), dan portal jurnal nasional terakreditasi. Kriteria pemilihan literatur didasarkan pada kesesuaian isi dengan fokus topik, yaitu strategi pembelajaran untuk ABK, yang mencakup subtopik model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran.

Analisis data dilakukan dengan cara analisis isi , di mana peneliti mengidentifikasi, mengelompokkan, dan menyimpulkan informasi dari berbagai sumber berdasarkan tema-tema utama. Tema utama dalam penelitian ini adalah: (1) model pembelajaran untuk ABK yang efektif digunakan di kelas inklusif sekolah dasar, dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan individual ABK. Data yang telah terkumpul kemudian dikaji secara mendalam, diklasifikasikan menurut relevansi dan kontribusinya terhadap pemahaman strategi pembelajaran untuk ABK, dan dibandingkan untuk menemukan pola dan kesenjangan penelitian sebelumnya.

Metode ini memungkinkan peneliti untuk menyusun sintesis konseptual yang komprehensif dan aplikatif, serta memberikan kontribusi teoretis dan praktis bagi pengembangan strategi pembelajaran di lingkungan pendidikan dasar. Penelitian ini juga ditujukan untuk memperkaya referensi akademik bagi mahasiswa PGSD yang sedang mempelajari Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, khususnya dalam merancang pembelajaran yang adaptif, inklusif, dan berbasis kebutuhan nyata siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Model Pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus

1.      Model Instruksi Langsung (Direct Instruction), Model pembelajaran ini menekankan penyampaian materi secara eksplisit dan sistematis oleh guru. Guru menjadi pusat informasi dan memberikan arahan secara langsung, langkah demi langkah, sehingga ABK mendapatkan pemahaman yang jelas terhadap apa yang harus dilakukan. Instruksi disampaikan secara verbal dan disertai dengan demonstrasi atau visualisasi sesuai kebutuhan siswa. Model ini sangat efektif digunakan untuk ABK dengan hambatan kognitif ringan maupun hambatan konsentrasi karena struktur pembelajaran yang jelas membantu mereka fokus.

Instruksi langsung juga memperkecil kemungkinan kesalahan dalam proses pembelajaran karena guru memiliki kendali penuh atas jalannya pembelajaran. Guru dapat secara aktif memantau perkembangan siswa dan memberikan umpan balik segera terhadap kesalahan atau keberhasilan siswa. Ini sangat membantu terutama dalam pembelajaran membaca, berhitung, maupun keterampilan hidup sehari-hari yang membutuhkan tahapan prosedural.

Namun, pendekatan ini juga memiliki keterbatasan. Ketergantungan siswa terhadap arahan guru membuat siswa cenderung kurang mandiri. Selain itu, model ini kurang fleksibel untuk ABK dengan kebutuhan belajar yang unik seperti anak dengan gangguan spektrum autisme atau gangguan emosional perilaku. Maka, model ini harus dikombinasikan dengan strategi lain yang lebih adaptif jika ingin menjangkau keberagaman ABK secara luas.

2.      Model Pemodelan (Modeling), Model pemodelan mengandalkan prinsip bahwa siswa belajar dengan mengamati dan meniru perilaku atau tindakan yang dicontohkan guru. Strategi ini sangat penting untuk ABK, terutama bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam memahami instruksi verbal. Dalam praktiknya, guru memperlihatkan langsung cara melakukan suatu tugas, misalnya bagaimana cara menulis huruf, menyusun balok, atau mencuci tangan. Demonstrasi ini kemudian diikuti oleh siswa secara bertahap.

Model ini juga melatih pengamatan dan konsentrasi siswa ABK. Dengan menyaksikan tindakan nyata, ABK lebih mudah menangkap konsep dan prosedur yang sebelumnya abstrak. Model ini efektif untuk siswa dengan hambatan intelektual, autisme, maupun disabilitas ganda ringan, karena mereka membutuhkan contoh konkret untuk belajar secara optimal.

Di sisi lain, model ini membutuhkan kesiapan guru dalam menampilkan perilaku atau prosedur yang benar dan konsisten. Guru juga harus mampu menyusun tahapan modeling secara bertahap, mulai dari demonstrasi penuh hingga pemantauan mandiri. Ketika dijalankan dengan tepat, model ini tidak hanya meningkatkan keterampilan akademik, tetapi juga keterampilan sosial dan kemandirian siswa ABK.

3.      Model Pembelajaran Kooperatif, Model ini bertujuan menciptakan suasana belajar yang kolaboratif melalui kerja kelompok antara ABK dan siswa reguler. Dalam model ini, siswa bekerja dalam kelompok kecil dan saling membantu untuk menyelesaikan tugas. Guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing jalannya diskusi atau kerja kelompok, memastikan bahwa setiap siswa berperan aktif. Model ini meningkatkan interaksi sosial, empati, dan pemahaman antar siswa.

Salah satu kelebihan dari pembelajaran kooperatif adalah kemampuannya menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab kolektif dalam kelompok. ABK yang sering merasa terpinggirkan, dalam model ini akan mendapatkan tempat yang setara untuk berkontribusi. Ini sangat penting dalam konteks pendidikan inklusif yang mengedepankan kesetaraan dan penghargaan terhadap keberagaman.

Namun, pelaksanaannya tidak selalu mudah. Tantangan muncul ketika siswa reguler belum memiliki pemahaman atau kesadaran untuk membantu ABK secara optimal. Oleh karena itu, guru harus memberikan pelatihan awal kepada seluruh siswa agar interaksi dalam kelompok benar-benar mendukung proses belajar ABK, bukan sebaliknya.

4.      Model Tutorial Teman Sebaya, Model ini memanfaatkan potensi siswa reguler sebagai tutor bagi ABK. Dalam pelaksanaannya, siswa yang lebih cepat memahami materi diberikan tugas untuk mendampingi dan membantu ABK dalam belajar. Pendekatan ini sangat efektif dalam meningkatkan interaksi sosial dan menumbuhkan empati di antara siswa.

Hubungan yang lebih setara antara tutor dan ABK membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan tidak kaku. Sering kali, ABK lebih nyaman belajar dari teman sebaya karena merasa tidak tertekan sebagaimana saat dibimbing guru. Siswa tutor juga belajar bertanggung jawab dan peduli terhadap teman-temannya yang memiliki kebutuhan berbeda.

Namun, strategi ini harus diawasi dengan cermat oleh guru agar tidak terjadi kesalahpahaman atau ketimpangan peran. Guru tetap harus melakukan monitoring, evaluasi, serta memberi arahan kepada siswa tutor agar pembelajaran berjalan efektif dan adil bagi semua pihak.

5.      Model Pembelajaran Analisis Tugas, Model ini digunakan untuk memecah suatu tugas menjadi beberapa bagian kecil yang lebih mudah dipahami oleh ABK. Misalnya, dalam mengajari cara menyikat gigi, guru akan memecahnya menjadi: mengambil sikat, membuka pasta, mengoleskan pasta, dan sebagainya. Ini sangat membantu bagi ABK yang mengalami gangguan pemrosesan informasi.

Setiap tahapan dalam analisis tugas diajarkan secara sistematis dan berulang-ulang sampai siswa menguasainya. Strategi ini sering digunakan dalam pendekatan Applied Behavior Analysis (ABA) dan terbukti efektif meningkatkan keterampilan fungsional siswa ABK.

Kekuatannya terletak pada kejelasan langkah-langkah dan evaluasi yang terfokus. Namun, model ini cenderung memakan waktu lebih lama dan membutuhkan kesabaran serta ketekunan guru dalam mengamati perkembangan setiap siswa secara individual.

B. Pendekatan Pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Pendekatan pembelajaran berbeda dengan model pembelajaran. Pendekatan bersifat lebih umum dan mencakup filosofi, prinsip, dan strategi besar yang mendasari pengambilan keputusan dalam proses pembelajaran. Untuk siswa ABK, pendekatan pembelajaran harus didesain agar memberikan akses yang setara terhadap kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan kognitif, sosial, emosional, serta sensorik siswa. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan harus fleksibel, adaptif, dan berpusat pada siswa, bukan hanya pada konten pelajaran.

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran bagi ABK juga harus mempertimbangkan keberagaman kebutuhan individual dan latar belakang masing-masing siswa. Beberapa pendekatan seperti pendekatan personal, diferensiasi kurikulum, dan Universal Design for Learning (UDL) terbukti memberikan keleluasaan bagi guru dalam merancang kegiatan pembelajaran yang sesuai. Penelitian ini membahas lima pendekatan utama yang dianggap relevan dan aplikatif dalam konteks sekolah dasar inklusif.

1.      Pendekatan Personal, Pendekatan personal menekankan pada pemahaman mendalam terhadap kebutuhan dan karakteristik unik setiap siswa ABK. Guru dalam pendekatan ini berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa berdasarkan preferensi belajar, gaya kognitif, dan kecepatan belajar mereka. Hal ini menuntut guru untuk melakukan asesmen awal secara menyeluruh sebelum merancang strategi pembelajaran.

Selain itu, pendekatan personal juga memperkuat hubungan emosional antara guru dan siswa. ABK merasa lebih dihargai dan diperhatikan karena pendekatan ini menyesuaikan pengajaran dengan kondisi mereka, bukan memaksakan kurikulum yang bersifat seragam. Sebagai hasilnya, siswa lebih termotivasi untuk belajar karena mereka merasa dipahami secara individual.

Guru yang menerapkan pendekatan ini membutuhkan pelatihan yang berkelanjutan agar mampu mengenali kebutuhan ABK secara akurat. Maka dari itu, pendekatan ini harus diintegrasikan ke dalam kebijakan sekolah dan kurikulum pendidikan guru di tingkat perguruan tinggi.

2.      Pendekatan Diferensiasi Kurikulum, Pendekatan ini mengacu pada pengembangan kurikulum yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan belajar individu siswa, baik dari segi materi, metode, maupun bentuk penilaian. Diferensiasi memungkinkan guru untuk memberikan variasi tugas yang dapat diakses oleh ABK tanpa mengurangi kualitas pembelajaran.

Misalnya, siswa dengan disleksia dapat diberikan tugas membaca yang lebih pendek dengan pendampingan audio, sementara siswa dengan hambatan motorik dapat diberikan alternatif tugas menulis menggunakan teknologi bantu. Pendekatan ini tidak hanya memberi keadilan, tetapi juga meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran.

Penerapan diferensiasi kurikulum memerlukan perencanaan matang dan kerja sama antara guru kelas, guru pendamping khusus, dan orang tua siswa. Jika dilakukan secara konsisten, pendekatan ini mampu meningkatkan capaian akademik dan keterlibatan sosial ABK di kelas inklusif.

3.      Pendekatan Universal Design for Learning (UDL), UDL adalah pendekatan yang memberikan berbagai alternatif dalam penyampaian materi, keterlibatan siswa, dan ekspresi pemahaman. Prinsip UDL dirancang agar semua siswa, termasuk ABK, dapat belajar tanpa perlu modifikasi besar.

Sebagai contoh, materi pelajaran disampaikan dalam bentuk teks, audio, dan visual secara bersamaan agar siswa dengan gangguan penglihatan atau pendengaran tetap bisa mengakses informasi. UDL juga memperbolehkan siswa menunjukkan pemahaman mereka melalui berbagai bentuk seperti presentasi, gambar, atau tulisan, tergantung kemampuan mereka.

Pendekatan ini mendorong keberagaman cara belajar dan menghargai semua bentuk kecerdasan. Jika diterapkan secara luas di sekolah dasar, UDL dapat menciptakan kelas yang benar-benar inklusif sejak perencanaan awal, bukan sebagai bentuk adaptasi tambahan.

4.      Pendekatan Blended Learning, Pendekatan ini menggabungkan pembelajaran tatap muka dan daring. Bagi ABK, blended learning memberikan fleksibilitas dalam mengikuti materi sesuai waktu dan kenyamanan mereka. Pendekatan ini juga memungkinkan penggunaan aplikasi atau media interaktif yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar spesifik siswa.

Sebagai contoh, anak dengan gangguan konsentrasi dapat mengakses ulang materi yang telah disampaikan di kelas melalui video pembelajaran di rumah. Sementara itu, anak dengan hambatan mobilitas tidak perlu hadir fisik setiap hari jika kondisi tidak memungkinkan.

Meskipun membutuhkan infrastruktur teknologi yang memadai, blended learning menjadi alternatif penting terutama pascapandemi. Sekolah perlu memberikan dukungan teknis kepada guru dan siswa agar pendekatan ini dapat dijalankan dengan optimal.

5.      Pendekatan Kolaboratif, Pendekatan ini menekankan pentingnya kerja sama antara guru, orang tua, tenaga ahli (seperti terapis atau psikolog), dan siswa sendiri dalam menyusun dan menjalankan strategi pembelajaran. Pendekatan ini menyadari bahwa pendidikan ABK tidak bisa berjalan efektif jika dilakukan hanya oleh satu pihak.

Melalui komunikasi rutin dan evaluasi bersama, semua pihak dapat menyesuaikan strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru dapat mengetahui perkembangan siswa dari rumah, dan orang tua bisa memahami metode yang digunakan di sekolah.

Pendekatan kolaboratif memperkuat jejaring dukungan bagi ABK dan meningkatkan keefektifan intervensi pendidikan. Keberhasilan pendekatan ini sangat bergantung pada komitmen dan keterbukaan antar semua pihak yang terlibat.

KESIMPULAN

Strategi pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus harus dirancang berdasarkan pemahaman yang mendalam terhadap karakteristik, potensi, dan hambatan masing-masing anak. Pemilihan model dan pendekatan pembelajaran yang tepat dapat membantu siswa ABK mencapai kompetensi akademik dan sosial secara optimal dalam lingkungan inklusif. Guru berperan penting sebagai perancang pembelajaran yang adaptif, kolaboratif, dan berbasis nilai kemanusiaan. Penelitian ini merekomendasikan agar guru PGSD memahami dan mempraktikkan model serta pendekatan yang telah terbukti efektif melalui studi literatur yang komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA

Kari, A. R., Sari, D., Aryanti, D., & Zikri, R. A. (2021). Model pembelajaran anak berkebutuhan khusus (ABK). Jurnal Pendidikan Tambusai, 8(1), 12736.

Mauliddiyah, I., & Permata, S. D. (2021). Strategi pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif. Jurnal Pendidikan Inklusi Citra Bakti, 3(1), 4841.

Sinaga, R. R., Berutu, S., Siantar, I. Y. L., Gaol, D. L., Sipayung, J. R., Gaol, S. V. M. L., & Panjaitan, W. R. (2024). Penerapan strategi pendekatan pada pembelajaran SLB-C St Lusia Medan. JGEN: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2), 325–328.

Aulia, T. K., & Andaryani, E. T. (2025). Implementasi strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah dasar negeri. JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 8(4), 4277–4281.

Itqan, M. S., & Supriadi, S. (2020). Effective learning strategies for children with special needs based on mobile learning. Jurnal Lensa Pendas, 4(2), 680.

Laudza', D. (2024). Model dan strategi pelaksanaan pembelajaran anak berkebutuhan khusus di SLB B-C Optimal Surabaya. STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 9(1), 2283.

Putra, W. (2022). Identifikasi model pembelajaran anak berkebutuhan khusus pada pendidikan usia dini. JURNAL PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran), 6(2), 8620.

Hasan, R., Saptono, M., & Safrudin, S. (2020). Model, strategi, dan metode pembelajaran anak berkebutuhan khusus (ABK) era pandemi Covid-19 di SLB Provinsi Kalimantan Tengah. Prosiding Seminar Nasional IAHN-TP Palangka Raya.

Lubis, S. A., Budianti, Y., & Zulpadlan, Z. (2022). Strategi pembelajaran pendidikan agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus. Refleksi Edukatika: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 12(2), 6400.

Andriani, O., Saputri, A., & Nuraini, S. (2024). Media pembelajaran untuk ABK dengan model adaptasi kurikulum merdeka pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sintaksis: Publikasi Para Ahli Bahasa dan Sastra Inggris, 2(1), 141–148.

 

Komentar

  1. Kan yang disuruh itu membuat jurnal refleksi, bukan jurnal ilmiah. Menurut pemahaman saya jurnal ini bukan jurnal refleksi melainkan jurnal ilmiah, karena didalam jurnal ini terdapat abstrak, pendahuluan, kajian pustaka, metode penilaian, hasil pembahasan, semua itu ciri dari jurnal ilmiah, sedangkan jurnal refleksi itu tidak memakai abstrak, pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, hasil pembahasan, seperti jurnal ini, perlu kita ketahui jurnal ilmiah itu bertujuan untuk menyajikan hasil penelitian atau kajian ilmiah untuk memperluas pengetahuan akademik. Sedangkan jurnal refleksi itu bertujuan untuk mencerminkan pengalaman pribadi, proses belajar, atau pandangan kritis seseorang terhadap suatu peristiwa atau materi.

    BalasHapus
  2. Materi di dlm nya sudah sesuai dengan judul namun cara penyusunan journalnya belum tepat , mohon lebih teliti ☺️

    BalasHapus
  3. Pada model Pemodelan perlu di Tambahkan tahapan modeling yang sistematis,Sertakan juga studi kasus mini atau skenario kelas,Tambahkan hambatan nyata dan cara mengatasinya Dan Tambahkan cara mengukur keberhasilan model ini

    BalasHapus
  4. Hasil dan Pembahasan, serta beberapa subtopik penting lainnya (misalnya, kelanjutan dari Model Pemodelan dan Pendekatan Pembelajaran) tampak belum lengkap. Hal ini mengurangi kedalaman analisis dan sintesis yang dijanjikan di bagian pendahuluan dan kajian pustaka.

    BalasHapus
  5. Apakah dengan banyakanya pendekatan di atas itu sudah sangat cukup bagi siswa abk,karna yang kita tau banyaknya siswa yang memiliki keterbatasan yang berbeda- beda dan juga pastinya cara mereka memahaminnya pun berbeda-beda.

    BalasHapus
  6. Dalam jurnal tersebut kan ada beberapa model (misalnya Instruksi Langsung) perlu dikombinasikan dengan strategi lain. Di bagian ini, Anda bisa sedikit mengelaborasi lebih lanjut bagaimana kombinasi tersebut idealnya dilakukan, atau model mana yang cocok dikombinasikan dengan strategi lain.

    BalasHapus
  7. apakah dengan adanya pendekatan di atas sudah efektif dalam proses pembelajaran siswa abk?dan pendekatan apa saja yang sangat cocok dengan siswa abk sertakan penjelasan dan contohnya?

    BalasHapus
  8. Jurnal ini sudah disusun dengan baik dan cukup lengkap, namun perlu dikoreksi pada bagian kesimpulan yang masih kurang menekankan implikasi praktis bagi guru di lapangan, serta beberapa bagian pembahasan yang bisa dibuat lebih ringkas agar tidak terlalu repetitif dan mudah dipahami pembaca.

    BalasHapus
  9. Apakah dalam studi literatur ini penulis menemukan model atau pendekatan yang paling dominan dan terbukti paling efektif untuk jenis ABK tertentu?

    BalasHapus
  10. Saya sudah membaca jurnal anda dan menurut saya isinya sdh sgt Bagus

    BalasHapus
  11. Menurut saya sudah bagus tetapi, Tambahkan contoh praktis dari kelas atau studi kasus: misalnya, “Guru X menggunakan kartu gambar untuk belajar kosakata”—yang konkret itu sangat membantu pemahaman

    Sertakan ilustrasi atau gambar singkat di setiap poin agar lebih menarik dan mudah dipahami.

    BalasHapus
  12. Di situ ada Model Pemodelan (Modeling),dimana kalian menyatakan Guru harus mampu menyusun tahapan modeling secara bertahap, mulai dari demonstrasi penuh hingga pemantauan mandiri. Apaka model tersebut suda di terap kan??

    BalasHapus
  13. Sdh bagus refleksi dari strategi pembelajaran yang sdh terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Saya sarankan untuk menambahkan wawasan dari penelitian lain, contohnya pengulangan materi lewat PR (menurut penelitian di SDN Antar Baru ) atau pendekatan individual adaptif (Seperti di Rumah Belajar Kevala ). Ini akan memberi konteks yang lebih luas dan berbasis bukti.

    BalasHapus
  14. sudah bagus karena penulisan nya juga sesuai cuman apa kah sudah bisa diimplementasikan kedalam sekolah dasar, khusus nya kelas rendah


    PUBLIKASIKAN
    Beri Tahu Saya
    Situs ini dilindungi reCAPTCHA dan Kebijakan Privasi serta Persyaratan Layanan Google yang berlaku.

    BalasHapus
  15. Menurut saya jurnal ini sudah bagus, tapi berikan saya menurut kalian strategi paling bagus di gunakan untuk anak ABK khususnya di kelas rendah yang bagaimana?

    BalasHapus
  16. Menurut saya tidak ada analisis kritis terhadap literatur, kajian pustaka hanya menjanjikan rangkuman penelitian sebelumnya tanpa mengkritisi atau membandingkan kelebihan dan kekurangan masing-masing model/pendekatan secara mendalam.

    BalasHapus
  17. Setau saya apa yang kelompok 4 kerjakan bukanlah jurnal refleksi melainkan artikel ilmiah namun terlepas dari hal itu saya tetap mengapresiasi apa yang telah kalian kerjakan😊😊

    BalasHapus
  18. Menurut saya materinya terlalu umum skli mungkin kalian bisa menambahkan tentang proses dilapangan dalam pendekatan ABK

    BalasHapus
  19. Menurut saya, jurnal ini saya liat sudah bagus tapi lebih baik kalau ada contoh penerapan nyata di kelas SD, misalnya pas jelaskan tentang model tutorial teman sebaya atau blended learning, itu bisa bantu pembaca bayangin caranya diterapkan.Tampilan blognya juga masih bisa ditambah gambarnya atau skema supaya menarik dilihat. Tapi dari segi isi, ini jurnal lumayan kasi tambahan wawasan untuk semua yang belajar tentang ABK.

    BalasHapus
  20. Menurut saya jurnalnya sudah bagus. Hal ini memudahkan pembaca memahami isi secara menyeluruh.

    BalasHapus
  21. Jurnalnya sangat bagus dan informatif! Penjelasan tentang strategi pembelajaran untuk ABK mudah dipahami.
    Akan lebih menarik jika ditambah contoh penerapan atau pengalaman pribadi.
    Semangat terus belajarnya ya!

    BalasHapus
  22. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  23. Jurnalnya yang sangat menarik dengan mengangkat materi yang sangat bagus

    BalasHapus
  24. kalau menurut teman-teman kelompok 4, di antara model yang disebutkan seperti modeling, direct instruction, dan tutorial teman sebaya, model mana yang paling cocok diterapkan di daerah yang gurunya masih terbatas jumlahnya? Kenapa?"

    BalasHapus
  25. Menurut saya jurnalnya sudah bagus dan memudahkan pembaca memahami isi secara menyeluruh dan detaiel

    BalasHapus
  26. Di jurnal kalian,sangat jelas bahwa ada beberapa jenis pendekatan pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus, Saya tertarik dan ingin mengetahui pada pendekatan diferensiasi kurikulum, Pertanyaan saya berikan saya contoh terkait analisis pendekatan ini pada anak berkebutuhan khusus dan berikan cara penanganannya ?

    BalasHapus
  27. Saya melihat di jurnal kalian membahas tentang model pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus,Tapi alangkah baiknya jikalau setiap model pembelajaran diberikan contohnya masing masing agar di setiap model pembelajaran kita bisa dapat mememahaminya dengan baik ...Terimah Kasih

    BalasHapus

Posting Komentar