Strategi Pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus: Model dan Pendekatan Pembelajaran dalam Konteks Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar
Strategi
Pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus: Model dan Pendekatan Pembelajaran
dalam Konteks Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar
Natasya Amelia, Nindya
Arsita Husmar, Metri, Rahmawati Yasin, Ratna Komala, Sintya Julistya. P, Wirda
Email:sintyajulistya4945@gmail.com
Pendidikan
inklusif menekankan pentingnya memberikan layanan pendidikan yang setara bagi
semua peserta didik, termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Strategi
pembelajaran yang tepat sangat berperan dalam menunjang proses belajar mengajar
ABK agar mereka dapat berkembang sesuai dengan potensi masing-masing. Artikel
ini bertujuan untuk mengkaji berbagai model dan pendekatan pembelajaran yang
efektif digunakan untuk ABK di sekolah dasar. Melalui studi literatur terhadap
beberapa penelitian terdahulu, artikel ini juga berupaya memberikan gambaran
strategi pembelajaran yang relevan dan aplikatif dalam konteks pendidikan
dasar. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dengan pendekatan
kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemilihan model dan
pendekatan yang sesuai dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran bagi ABK.
Kata
kunci: strategi pembelajaran, anak berkebutuhan khusus,
model pembelajaran, pendekatan pembelajaran, pendidikan inklusif.
PENDAHULUAN
Pendidikan
adalah hak dasar setiap warga negara, termasuk anak-anak yang memiliki
kebutuhan khusus. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan individu yang
memerlukan layanan pendidikan khusus karena kondisi fisik, intelektual,
emosional, atau sosial yang berbeda dari anak pada umumnya. Dalam sistem
pendidikan nasional, keberadaan ABK sudah diakui secara hukum dan membutuhkan
perhatian khusus dalam implementasi proses pembelajaran.
Pendidikan
inklusif merupakan upaya untuk memberikan layanan pendidikan yang menyeluruh
bagi semua anak tanpa terkecuali, termasuk ABK. Konsep inklusivitas menuntut
penyesuaian sistem pendidikan, terutama dalam strategi pembelajaran yang
melibatkan metode, pendekatan, dan model yang adaptif terhadap keberagaman
karakteristik peserta didik.
ABK
memerlukan strategi pembelajaran yang tidak hanya memperhatikan aspek akademik,
tetapi juga aspek psikologis dan sosial mereka. Hal ini menuntut guru memiliki
kompetensi pedagogik dan empati tinggi untuk menyesuaikan metode pengajaran
dengan kebutuhan individu siswa. Dalam konteks sekolah dasar, keberhasilan
implementasi strategi pembelajaran untuk ABK sangat dipengaruhi oleh pemilihan
model dan pendekatan yang tepat.
Banyak
studi menunjukkan bahwa penerapan strategi yang kurang sesuai akan menghambat
proses belajar siswa ABK. Sebaliknya, penerapan strategi yang tepat terbukti
mampu meningkatkan keterlibatan, pemahaman materi, serta motivasi belajar siswa
dengan kebutuhan khusus. Oleh karena itu, guru harus memiliki wawasan yang
memadai mengenai berbagai alternatif model dan pendekatan yang bisa diterapkan.
Dalam
realitasnya, tidak semua guru di sekolah dasar memiliki latar belakang
pendidikan khusus. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam menyusun strategi
pembelajaran yang sesuai bagi siswa ABK. Kurangnya pelatihan, bimbingan teknis,
serta sumber daya pendukung menjadikan pembelajaran ABK masih menghadapi
berbagai kendala.
Dengan
semakin berkembangnya paradigma pendidikan yang berpihak pada keberagaman,
penting bagi para pendidik untuk memahami dan mengimplementasikan strategi
pembelajaran yang responsif terhadap kebutuhan ABK. Strategi ini meliputi
penyesuaian materi, metode, media, serta lingkungan belajar yang mendukung
keterlibatan penuh siswa.
Artikel
ini berupaya mengulas secara mendalam mengenai strategi pembelajaran untuk ABK,
khususnya ditinjau dari sisi model dan pendekatan pembelajaran yang aplikatif
di sekolah dasar. Kajian ini juga akan membandingkan temuan-temuan sebelumnya
dan memberikan alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh guru di
lingkungan inklusif.
Dengan
memahami model dan pendekatan pembelajaran yang tepat, guru diharapkan mampu
menciptakan suasana belajar yang kondusif, adaptif, dan inklusif bagi siswa
ABK. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pengembangan
strategi pembelajaran bagi guru, khususnya mahasiswa PGSD yang sedang menempuh
mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
KAJIAN
PUSTAKA
Penelitian
sebelumnya oleh Kari et al. (2021) mengemukakan beberapa model pembelajaran
untuk ABK, seperti model instruksi langsung dan tutorial teman sebaya. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran yang
sistematis dan berbasis interaksi sosial dapat membantu siswa ABK dalam
memahami materi secara bertahap. Artikel ini mengambil pendekatan serupa namun
dengan fokus lebih spesifik pada konteks sekolah dasar dan variasi pendekatan
kurikulum.
“Strategi Pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan
Khusus: Model dan Pendekatan Pembelajaran dalam Konteks Pendidikan Inklusif di
Sekolah Dasar”. Judul ini menekankan dua hal penting yang menjadi fokus utama
dalam pembelajaran inklusif, yaitu strategi pembelajaran dan target peserta
didik yang memiliki kebutuhan khusus (ABK). Dalam konteks pendidikan dasar,
strategi pembelajaran mencakup rangkaian perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan siswa. Sementara itu, ABK mengacu
pada siswa dengan hambatan fisik, kognitif, emosional, atau sosial yang
memerlukan layanan pendidikan khusus. Kajian pustaka ini akan menjelaskan
bagaimana model dan pendekatan pembelajaran yang relevan diterapkan untuk
meningkatkan efektivitas pembelajaran bagi ABK, terutama di jenjang sekolah
dasar.
Subtopik
pertama adalah model pembelajaran, yaitu kerangka atau pola sistematik
dalam proses pengajaran yang menjadi panduan guru dalam menyampaikan materi.
Model pembelajaran tidak hanya mempengaruhi cara penyampaian materi, tetapi
juga cara siswa memproses informasi. Beberapa penelitian menunjukkan
efektivitas model pembelajaran tertentu terhadap hasil belajar ABK. Misalnya,
studi dari Kari et al. (2021) menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan keterampilan sosial dan kognitif siswa ABK karena melibatkan
interaksi antar peserta didik. Sementara itu, Mauliddiyah dan Permata (2021)
menekankan pentingnya model pemodelan (modeling) sebagai media penguatan
perilaku dan keterampilan dasar yang harus dimiliki ABK, khususnya yang mengalami
hambatan dalam komunikasi.
Subtopik
kedua adalah pendekatan pembelajaran, yang merujuk pada sudut pandang
atau filosofi dasar dalam mengelola proses belajar mengajar. Pendekatan ini
lebih bersifat umum dibanding model, dan menjadi kerangka dalam pemilihan
metode, teknik, dan alat bantu pembelajaran. Hasan et al. (2020) dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa pendekatan berbasis diferensiasi
(differentiated instruction) sangat penting dalam menjawab kebutuhan belajar
yang beragam dari siswa ABK. Penelitian Putra (2022) juga menguatkan bahwa
pendekatan personal yang berbasis pada pemahaman karakteristik individu siswa
akan menciptakan proses pembelajaran yang lebih manusiawi dan bermakna,
terutama dalam pendidikan anak usia dini, yang juga relevan untuk pendidikan
dasar.
Penelitian-penelitian
terdahulu memang telah menyinggung tentang strategi pembelajaran untuk ABK,
tetapi umumnya masih terfokus pada aspek atau jenjang pendidikan tertentu.
Penelitian ini mencoba mengisi celah tersebut dengan menghadirkan sintesis
literatur yang lebih komprehensif, yang secara eksplisit menggabungkan model
dan pendekatan pembelajaran dalam satu analisis. Fokus pada jenjang sekolah
dasar juga memberikan kontribusi khas, mengingat usia anak SD merupakan masa
krusial dalam perkembangan belajar dan perilaku.
Dari
studi literatur yang telah dikaji, terlihat bahwa banyak pendekatan dan model
pembelajaran yang bisa diadopsi dan dimodifikasi sesuai konteks dan kondisi
kelas. Namun demikian, pemilihan strategi pembelajaran tidak bisa dilakukan
secara sembarangan. Guru harus memahami kekuatan dan kelemahan masing-masing
strategi, mempertimbangkan kondisi kelas, serta memahami latar belakang dan
karakteristik individu siswa ABK. Oleh karena itu, jurnal ini hadir sebagai
bentuk integrasi dari berbagai hasil penelitian sebelumnya, namun difokuskan
pada kebutuhan implementasi praktis di lapangan, khususnya bagi guru-guru
sekolah dasar dan mahasiswa calon guru PGSD.
Secara
keseluruhan, kajian pustaka ini memperkuat bahwa strategi pembelajaran untuk
ABK bukanlah pendekatan tunggal, tetapi memerlukan kombinasi yang sinergis
antara model pembelajaran yang sistematik dan pendekatan pembelajaran yang
humanistik. Penelitian ini menitikberatkan pada bagaimana kedua komponen
tersebut dapat dipadukan secara efektif untuk menciptakan lingkungan belajar
yang adil, inklusif, dan memberdayakan semua siswa tanpa terkecuali.
METODE
PENELITIAN
Penelitian
ini menggunakan metode studi literatur , yaitu metode yang dilakukan dengan
menelaah dan menganalisis berbagai sumber tertulis yang relevan dengan topik
yang dikaji. Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu
mengidentifikasi dan mengkaji strategi pembelajaran yang efektif untuk Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) berdasarkan model dan pendekatan pembelajaran yang
telah dikembangkan dan diuji pada penelitian-penelitian sebelumnya. Melalui
pendekatan ini, peneliti dapat membandingkan berbagai teori dan praktik
pembelajaran yang telah diterapkan dalam konteks pendidikan inklusif di sekolah
dasar.
Studi
literatur dilakukan dengan menelusuri dan mengumpulkan data sekunder dari
jurnal ilmiah, prosiding, buku teks, dan laporan penelitian yang terbit minimal
dari tahun 2018 ke atas. Fokus utama dalam pengumpulan data adalah literatur
yang berasal dari konteks pendidikan Indonesia agar hasil kajian lebih relevan
dengan kondisi di lapangan. Sumber literatur diperoleh dari database daring
terpercaya seperti Google Scholar, Garuda (Garba Rujukan Digital), dan portal
jurnal nasional terakreditasi. Kriteria pemilihan literatur didasarkan pada
kesesuaian isi dengan fokus topik, yaitu strategi pembelajaran untuk ABK, yang
mencakup subtopik model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran.
Analisis
data dilakukan dengan cara analisis isi , di mana peneliti mengidentifikasi,
mengelompokkan, dan menyimpulkan informasi dari berbagai sumber berdasarkan
tema-tema utama. Tema utama dalam penelitian ini adalah: (1) model pembelajaran
untuk ABK yang efektif digunakan di kelas inklusif sekolah dasar, dan (2)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan individual ABK. Data
yang telah terkumpul kemudian dikaji secara mendalam, diklasifikasikan menurut
relevansi dan kontribusinya terhadap pemahaman strategi pembelajaran untuk ABK,
dan dibandingkan untuk menemukan pola dan kesenjangan penelitian sebelumnya.
Metode
ini memungkinkan peneliti untuk menyusun sintesis konseptual yang komprehensif
dan aplikatif, serta memberikan kontribusi teoretis dan praktis bagi
pengembangan strategi pembelajaran di lingkungan pendidikan dasar. Penelitian
ini juga ditujukan untuk memperkaya referensi akademik bagi mahasiswa PGSD yang
sedang mempelajari Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, khususnya dalam
merancang pembelajaran yang adaptif, inklusif, dan berbasis kebutuhan nyata
siswa.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Model Pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus
1. Model
Instruksi Langsung (Direct Instruction), Model pembelajaran ini
menekankan penyampaian materi secara eksplisit dan sistematis oleh guru. Guru
menjadi pusat informasi dan memberikan arahan secara langsung, langkah demi
langkah, sehingga ABK mendapatkan pemahaman yang jelas terhadap apa yang harus
dilakukan. Instruksi disampaikan secara verbal dan disertai dengan demonstrasi
atau visualisasi sesuai kebutuhan siswa. Model ini sangat efektif digunakan
untuk ABK dengan hambatan kognitif ringan maupun hambatan konsentrasi karena
struktur pembelajaran yang jelas membantu mereka fokus.
Instruksi
langsung juga memperkecil kemungkinan kesalahan dalam proses pembelajaran
karena guru memiliki kendali penuh atas jalannya pembelajaran. Guru dapat
secara aktif memantau perkembangan siswa dan memberikan umpan balik segera
terhadap kesalahan atau keberhasilan siswa. Ini sangat membantu terutama dalam
pembelajaran membaca, berhitung, maupun keterampilan hidup sehari-hari yang
membutuhkan tahapan prosedural.
Namun,
pendekatan ini juga memiliki keterbatasan. Ketergantungan siswa terhadap arahan
guru membuat siswa cenderung kurang mandiri. Selain itu, model ini kurang
fleksibel untuk ABK dengan kebutuhan belajar yang unik seperti anak dengan
gangguan spektrum autisme atau gangguan emosional perilaku. Maka, model ini
harus dikombinasikan dengan strategi lain yang lebih adaptif jika ingin
menjangkau keberagaman ABK secara luas.
2. Model
Pemodelan (Modeling), Model pemodelan mengandalkan prinsip
bahwa siswa belajar dengan mengamati dan meniru perilaku atau tindakan yang
dicontohkan guru. Strategi ini sangat penting untuk ABK, terutama bagi mereka
yang mengalami kesulitan dalam memahami instruksi verbal. Dalam praktiknya,
guru memperlihatkan langsung cara melakukan suatu tugas, misalnya bagaimana
cara menulis huruf, menyusun balok, atau mencuci tangan. Demonstrasi ini
kemudian diikuti oleh siswa secara bertahap.
Model
ini juga melatih pengamatan dan konsentrasi siswa ABK. Dengan menyaksikan
tindakan nyata, ABK lebih mudah menangkap konsep dan prosedur yang sebelumnya
abstrak. Model ini efektif untuk siswa dengan hambatan intelektual, autisme,
maupun disabilitas ganda ringan, karena mereka membutuhkan contoh konkret untuk
belajar secara optimal.
Di
sisi lain, model ini membutuhkan kesiapan guru dalam menampilkan perilaku atau
prosedur yang benar dan konsisten. Guru juga harus mampu menyusun tahapan
modeling secara bertahap, mulai dari demonstrasi penuh hingga pemantauan
mandiri. Ketika dijalankan dengan tepat, model ini tidak hanya meningkatkan
keterampilan akademik, tetapi juga keterampilan sosial dan kemandirian siswa
ABK.
3. Model
Pembelajaran Kooperatif, Model ini bertujuan menciptakan
suasana belajar yang kolaboratif melalui kerja kelompok antara ABK dan siswa
reguler. Dalam model ini, siswa bekerja dalam kelompok kecil dan saling
membantu untuk menyelesaikan tugas. Guru berperan sebagai fasilitator yang
membimbing jalannya diskusi atau kerja kelompok, memastikan bahwa setiap siswa
berperan aktif. Model ini meningkatkan interaksi sosial, empati, dan pemahaman
antar siswa.
Salah
satu kelebihan dari pembelajaran kooperatif adalah kemampuannya menumbuhkan
rasa memiliki dan tanggung jawab kolektif dalam kelompok. ABK yang sering
merasa terpinggirkan, dalam model ini akan mendapatkan tempat yang setara untuk
berkontribusi. Ini sangat penting dalam konteks pendidikan inklusif yang
mengedepankan kesetaraan dan penghargaan terhadap keberagaman.
Namun,
pelaksanaannya tidak selalu mudah. Tantangan muncul ketika siswa reguler belum
memiliki pemahaman atau kesadaran untuk membantu ABK secara optimal. Oleh
karena itu, guru harus memberikan pelatihan awal kepada seluruh siswa agar
interaksi dalam kelompok benar-benar mendukung proses belajar ABK, bukan
sebaliknya.
4. Model
Tutorial Teman Sebaya, Model ini memanfaatkan potensi siswa
reguler sebagai tutor bagi ABK. Dalam pelaksanaannya, siswa yang lebih cepat
memahami materi diberikan tugas untuk mendampingi dan membantu ABK dalam
belajar. Pendekatan ini sangat efektif dalam meningkatkan interaksi sosial dan
menumbuhkan empati di antara siswa.
Hubungan
yang lebih setara antara tutor dan ABK membuat proses belajar menjadi lebih
menyenangkan dan tidak kaku. Sering kali, ABK lebih nyaman belajar dari teman
sebaya karena merasa tidak tertekan sebagaimana saat dibimbing guru. Siswa
tutor juga belajar bertanggung jawab dan peduli terhadap teman-temannya yang
memiliki kebutuhan berbeda.
Namun,
strategi ini harus diawasi dengan cermat oleh guru agar tidak terjadi
kesalahpahaman atau ketimpangan peran. Guru tetap harus melakukan monitoring,
evaluasi, serta memberi arahan kepada siswa tutor agar pembelajaran berjalan
efektif dan adil bagi semua pihak.
5. Model
Pembelajaran Analisis Tugas, Model ini digunakan untuk memecah
suatu tugas menjadi beberapa bagian kecil yang lebih mudah dipahami oleh ABK.
Misalnya, dalam mengajari cara menyikat gigi, guru akan memecahnya menjadi:
mengambil sikat, membuka pasta, mengoleskan pasta, dan sebagainya. Ini sangat
membantu bagi ABK yang mengalami gangguan pemrosesan informasi.
Setiap
tahapan dalam analisis tugas diajarkan secara sistematis dan berulang-ulang
sampai siswa menguasainya. Strategi ini sering digunakan dalam pendekatan
Applied Behavior Analysis (ABA) dan terbukti efektif meningkatkan keterampilan
fungsional siswa ABK.
Kekuatannya
terletak pada kejelasan langkah-langkah dan evaluasi yang terfokus. Namun,
model ini cenderung memakan waktu lebih lama dan membutuhkan kesabaran serta
ketekunan guru dalam mengamati perkembangan setiap siswa secara individual.
B.
Pendekatan Pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Pendekatan
pembelajaran berbeda dengan model pembelajaran. Pendekatan bersifat lebih umum
dan mencakup filosofi, prinsip, dan strategi besar yang mendasari pengambilan
keputusan dalam proses pembelajaran. Untuk siswa ABK, pendekatan pembelajaran
harus didesain agar memberikan akses yang setara terhadap kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan kognitif, sosial, emosional, serta sensorik siswa.
Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan harus fleksibel, adaptif, dan
berpusat pada siswa, bukan hanya pada konten pelajaran.
Pendekatan
yang digunakan dalam pembelajaran bagi ABK juga harus mempertimbangkan
keberagaman kebutuhan individual dan latar belakang masing-masing siswa.
Beberapa pendekatan seperti pendekatan personal, diferensiasi kurikulum, dan
Universal Design for Learning (UDL) terbukti memberikan keleluasaan bagi guru
dalam merancang kegiatan pembelajaran yang sesuai. Penelitian ini membahas lima
pendekatan utama yang dianggap relevan dan aplikatif dalam konteks sekolah
dasar inklusif.
1. Pendekatan
Personal, Pendekatan personal menekankan pada pemahaman
mendalam terhadap kebutuhan dan karakteristik unik setiap siswa ABK. Guru dalam
pendekatan ini berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa berdasarkan
preferensi belajar, gaya kognitif, dan kecepatan belajar mereka. Hal ini
menuntut guru untuk melakukan asesmen awal secara menyeluruh sebelum merancang
strategi pembelajaran.
Selain
itu, pendekatan personal juga memperkuat hubungan emosional antara guru dan
siswa. ABK merasa lebih dihargai dan diperhatikan karena pendekatan ini
menyesuaikan pengajaran dengan kondisi mereka, bukan memaksakan kurikulum yang
bersifat seragam. Sebagai hasilnya, siswa lebih termotivasi untuk belajar
karena mereka merasa dipahami secara individual.
Guru
yang menerapkan pendekatan ini membutuhkan pelatihan yang berkelanjutan agar
mampu mengenali kebutuhan ABK secara akurat. Maka dari itu, pendekatan ini
harus diintegrasikan ke dalam kebijakan sekolah dan kurikulum pendidikan guru
di tingkat perguruan tinggi.
2. Pendekatan
Diferensiasi Kurikulum, Pendekatan ini mengacu pada
pengembangan kurikulum yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan belajar
individu siswa, baik dari segi materi, metode, maupun bentuk penilaian.
Diferensiasi memungkinkan guru untuk memberikan variasi tugas yang dapat
diakses oleh ABK tanpa mengurangi kualitas pembelajaran.
Misalnya,
siswa dengan disleksia dapat diberikan tugas membaca yang lebih pendek dengan
pendampingan audio, sementara siswa dengan hambatan motorik dapat diberikan
alternatif tugas menulis menggunakan teknologi bantu. Pendekatan ini tidak
hanya memberi keadilan, tetapi juga meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam
pembelajaran.
Penerapan
diferensiasi kurikulum memerlukan perencanaan matang dan kerja sama antara guru
kelas, guru pendamping khusus, dan orang tua siswa. Jika dilakukan secara
konsisten, pendekatan ini mampu meningkatkan capaian akademik dan keterlibatan
sosial ABK di kelas inklusif.
3. Pendekatan
Universal Design for Learning (UDL), UDL adalah pendekatan
yang memberikan berbagai alternatif dalam penyampaian materi, keterlibatan
siswa, dan ekspresi pemahaman. Prinsip UDL dirancang agar semua siswa, termasuk
ABK, dapat belajar tanpa perlu modifikasi besar.
Sebagai
contoh, materi pelajaran disampaikan dalam bentuk teks, audio, dan visual
secara bersamaan agar siswa dengan gangguan penglihatan atau pendengaran tetap
bisa mengakses informasi. UDL juga memperbolehkan siswa menunjukkan pemahaman
mereka melalui berbagai bentuk seperti presentasi, gambar, atau tulisan,
tergantung kemampuan mereka.
Pendekatan
ini mendorong keberagaman cara belajar dan menghargai semua bentuk kecerdasan.
Jika diterapkan secara luas di sekolah dasar, UDL dapat menciptakan kelas yang
benar-benar inklusif sejak perencanaan awal, bukan sebagai bentuk adaptasi
tambahan.
4. Pendekatan
Blended Learning, Pendekatan ini menggabungkan
pembelajaran tatap muka dan daring. Bagi ABK, blended learning memberikan
fleksibilitas dalam mengikuti materi sesuai waktu dan kenyamanan mereka.
Pendekatan ini juga memungkinkan penggunaan aplikasi atau media interaktif yang
disesuaikan dengan kebutuhan belajar spesifik siswa.
Sebagai
contoh, anak dengan gangguan konsentrasi dapat mengakses ulang materi yang
telah disampaikan di kelas melalui video pembelajaran di rumah. Sementara itu,
anak dengan hambatan mobilitas tidak perlu hadir fisik setiap hari jika kondisi
tidak memungkinkan.
Meskipun
membutuhkan infrastruktur teknologi yang memadai, blended learning menjadi
alternatif penting terutama pascapandemi. Sekolah perlu memberikan dukungan
teknis kepada guru dan siswa agar pendekatan ini dapat dijalankan dengan
optimal.
5. Pendekatan
Kolaboratif, Pendekatan ini menekankan pentingnya
kerja sama antara guru, orang tua, tenaga ahli (seperti terapis atau psikolog),
dan siswa sendiri dalam menyusun dan menjalankan strategi pembelajaran.
Pendekatan ini menyadari bahwa pendidikan ABK tidak bisa berjalan efektif jika
dilakukan hanya oleh satu pihak.
Melalui
komunikasi rutin dan evaluasi bersama, semua pihak dapat menyesuaikan strategi
yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru dapat mengetahui
perkembangan siswa dari rumah, dan orang tua bisa memahami metode yang
digunakan di sekolah.
Pendekatan
kolaboratif memperkuat jejaring dukungan bagi ABK dan meningkatkan keefektifan
intervensi pendidikan. Keberhasilan pendekatan ini sangat bergantung pada
komitmen dan keterbukaan antar semua pihak yang terlibat.
KESIMPULAN
Strategi
pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus harus dirancang berdasarkan
pemahaman yang mendalam terhadap karakteristik, potensi, dan hambatan
masing-masing anak. Pemilihan model dan pendekatan pembelajaran yang tepat
dapat membantu siswa ABK mencapai kompetensi akademik dan sosial secara optimal
dalam lingkungan inklusif. Guru berperan penting sebagai perancang pembelajaran
yang adaptif, kolaboratif, dan berbasis nilai kemanusiaan. Penelitian ini
merekomendasikan agar guru PGSD memahami dan mempraktikkan model serta
pendekatan yang telah terbukti efektif melalui studi literatur yang
komprehensif.
DAFTAR
PUSTAKA
Kari, A. R., Sari, D., Aryanti, D., &
Zikri, R. A. (2021). Model pembelajaran anak berkebutuhan khusus (ABK). Jurnal
Pendidikan Tambusai, 8(1), 12736.
Mauliddiyah, I., & Permata, S. D.
(2021). Strategi pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar
inklusif. Jurnal Pendidikan Inklusi Citra Bakti, 3(1), 4841.
Sinaga, R. R., Berutu, S., Siantar, I. Y.
L., Gaol, D. L., Sipayung, J. R., Gaol, S. V. M. L., & Panjaitan, W. R.
(2024). Penerapan strategi pendekatan pada pembelajaran SLB-C St Lusia Medan. JGEN:
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2), 325–328.
Aulia, T. K., & Andaryani, E. T.
(2025). Implementasi strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus (ABK)
di sekolah dasar negeri. JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 8(4),
4277–4281.
Itqan, M. S., & Supriadi, S. (2020).
Effective learning strategies for children with special needs based on mobile
learning. Jurnal Lensa Pendas, 4(2), 680.
Laudza', D. (2024). Model dan strategi
pelaksanaan pembelajaran anak berkebutuhan khusus di SLB B-C Optimal Surabaya. STILISTIKA:
Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 9(1), 2283.
Putra, W. (2022). Identifikasi model
pembelajaran anak berkebutuhan khusus pada pendidikan usia dini. JURNAL
PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran), 6(2), 8620.
Hasan, R., Saptono, M., & Safrudin, S.
(2020). Model, strategi, dan metode pembelajaran anak berkebutuhan khusus (ABK)
era pandemi Covid-19 di SLB Provinsi Kalimantan Tengah. Prosiding Seminar
Nasional IAHN-TP Palangka Raya.
Lubis, S. A., Budianti, Y., &
Zulpadlan, Z. (2022). Strategi pembelajaran pendidikan agama Islam bagi anak
berkebutuhan khusus. Refleksi Edukatika: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 12(2),
6400.
Andriani, O., Saputri, A., & Nuraini,
S. (2024). Media pembelajaran untuk ABK dengan model adaptasi kurikulum merdeka
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sintaksis: Publikasi Para Ahli Bahasa
dan Sastra Inggris, 2(1), 141–148.
Kan yang disuruh itu membuat jurnal refleksi, bukan jurnal ilmiah. Menurut pemahaman saya jurnal ini bukan jurnal refleksi melainkan jurnal ilmiah, karena didalam jurnal ini terdapat abstrak, pendahuluan, kajian pustaka, metode penilaian, hasil pembahasan, semua itu ciri dari jurnal ilmiah, sedangkan jurnal refleksi itu tidak memakai abstrak, pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, hasil pembahasan, seperti jurnal ini, perlu kita ketahui jurnal ilmiah itu bertujuan untuk menyajikan hasil penelitian atau kajian ilmiah untuk memperluas pengetahuan akademik. Sedangkan jurnal refleksi itu bertujuan untuk mencerminkan pengalaman pribadi, proses belajar, atau pandangan kritis seseorang terhadap suatu peristiwa atau materi.
BalasHapusterima kasih atas masukkannya
HapusMateri di dlm nya sudah sesuai dengan judul namun cara penyusunan journalnya belum tepat , mohon lebih teliti ☺️
BalasHapusbaik terima kasih
HapusPada model Pemodelan perlu di Tambahkan tahapan modeling yang sistematis,Sertakan juga studi kasus mini atau skenario kelas,Tambahkan hambatan nyata dan cara mengatasinya Dan Tambahkan cara mengukur keberhasilan model ini
BalasHapusHasil dan Pembahasan, serta beberapa subtopik penting lainnya (misalnya, kelanjutan dari Model Pemodelan dan Pendekatan Pembelajaran) tampak belum lengkap. Hal ini mengurangi kedalaman analisis dan sintesis yang dijanjikan di bagian pendahuluan dan kajian pustaka.
BalasHapusApakah dengan banyakanya pendekatan di atas itu sudah sangat cukup bagi siswa abk,karna yang kita tau banyaknya siswa yang memiliki keterbatasan yang berbeda- beda dan juga pastinya cara mereka memahaminnya pun berbeda-beda.
BalasHapusDalam jurnal tersebut kan ada beberapa model (misalnya Instruksi Langsung) perlu dikombinasikan dengan strategi lain. Di bagian ini, Anda bisa sedikit mengelaborasi lebih lanjut bagaimana kombinasi tersebut idealnya dilakukan, atau model mana yang cocok dikombinasikan dengan strategi lain.
BalasHapusapakah dengan adanya pendekatan di atas sudah efektif dalam proses pembelajaran siswa abk?dan pendekatan apa saja yang sangat cocok dengan siswa abk sertakan penjelasan dan contohnya?
BalasHapusJurnal ini sudah disusun dengan baik dan cukup lengkap, namun perlu dikoreksi pada bagian kesimpulan yang masih kurang menekankan implikasi praktis bagi guru di lapangan, serta beberapa bagian pembahasan yang bisa dibuat lebih ringkas agar tidak terlalu repetitif dan mudah dipahami pembaca.
BalasHapusApakah dalam studi literatur ini penulis menemukan model atau pendekatan yang paling dominan dan terbukti paling efektif untuk jenis ABK tertentu?
BalasHapusSaya sudah membaca jurnal anda dan menurut saya isinya sdh sgt Bagus
BalasHapusMenurut saya sudah bagus tetapi, Tambahkan contoh praktis dari kelas atau studi kasus: misalnya, “Guru X menggunakan kartu gambar untuk belajar kosakata”—yang konkret itu sangat membantu pemahaman
BalasHapusSertakan ilustrasi atau gambar singkat di setiap poin agar lebih menarik dan mudah dipahami.
Di situ ada Model Pemodelan (Modeling),dimana kalian menyatakan Guru harus mampu menyusun tahapan modeling secara bertahap, mulai dari demonstrasi penuh hingga pemantauan mandiri. Apaka model tersebut suda di terap kan??
BalasHapusSdh bagus refleksi dari strategi pembelajaran yang sdh terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Saya sarankan untuk menambahkan wawasan dari penelitian lain, contohnya pengulangan materi lewat PR (menurut penelitian di SDN Antar Baru ) atau pendekatan individual adaptif (Seperti di Rumah Belajar Kevala ). Ini akan memberi konteks yang lebih luas dan berbasis bukti.
BalasHapussudah bagus karena penulisan nya juga sesuai cuman apa kah sudah bisa diimplementasikan kedalam sekolah dasar, khusus nya kelas rendah
BalasHapusPUBLIKASIKAN
Beri Tahu Saya
Situs ini dilindungi reCAPTCHA dan Kebijakan Privasi serta Persyaratan Layanan Google yang berlaku.
Menurut saya jurnal ini sudah bagus, tapi berikan saya menurut kalian strategi paling bagus di gunakan untuk anak ABK khususnya di kelas rendah yang bagaimana?
BalasHapusMenurut saya tidak ada analisis kritis terhadap literatur, kajian pustaka hanya menjanjikan rangkuman penelitian sebelumnya tanpa mengkritisi atau membandingkan kelebihan dan kekurangan masing-masing model/pendekatan secara mendalam.
BalasHapusSetau saya apa yang kelompok 4 kerjakan bukanlah jurnal refleksi melainkan artikel ilmiah namun terlepas dari hal itu saya tetap mengapresiasi apa yang telah kalian kerjakan😊😊
BalasHapusMenurut saya materinya terlalu umum skli mungkin kalian bisa menambahkan tentang proses dilapangan dalam pendekatan ABK
BalasHapusMenurut saya, jurnal ini saya liat sudah bagus tapi lebih baik kalau ada contoh penerapan nyata di kelas SD, misalnya pas jelaskan tentang model tutorial teman sebaya atau blended learning, itu bisa bantu pembaca bayangin caranya diterapkan.Tampilan blognya juga masih bisa ditambah gambarnya atau skema supaya menarik dilihat. Tapi dari segi isi, ini jurnal lumayan kasi tambahan wawasan untuk semua yang belajar tentang ABK.
BalasHapusMenurut saya jurnalnya sudah bagus. Hal ini memudahkan pembaca memahami isi secara menyeluruh.
BalasHapusJurnalnya sangat bagus dan informatif! Penjelasan tentang strategi pembelajaran untuk ABK mudah dipahami.
BalasHapusAkan lebih menarik jika ditambah contoh penerapan atau pengalaman pribadi.
Semangat terus belajarnya ya!
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusJurnalnya yang sangat menarik dengan mengangkat materi yang sangat bagus
BalasHapuskalau menurut teman-teman kelompok 4, di antara model yang disebutkan seperti modeling, direct instruction, dan tutorial teman sebaya, model mana yang paling cocok diterapkan di daerah yang gurunya masih terbatas jumlahnya? Kenapa?"
BalasHapusJurnalnya sangat bagus da jelas
BalasHapusMenurut saya jurnalnya sudah bagus dan memudahkan pembaca memahami isi secara menyeluruh dan detaiel
BalasHapusMeburut saya, kalian sudah bagus
BalasHapusDi jurnal kalian,sangat jelas bahwa ada beberapa jenis pendekatan pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus, Saya tertarik dan ingin mengetahui pada pendekatan diferensiasi kurikulum, Pertanyaan saya berikan saya contoh terkait analisis pendekatan ini pada anak berkebutuhan khusus dan berikan cara penanganannya ?
BalasHapusSaya melihat di jurnal kalian membahas tentang model pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus,Tapi alangkah baiknya jikalau setiap model pembelajaran diberikan contohnya masing masing agar di setiap model pembelajaran kita bisa dapat mememahaminya dengan baik ...Terimah Kasih
BalasHapus